Uncategorized · world

The Happiest Countries in the World

30202269-01

 

Mumpung bulan Maret belum berakhir, saya mau share postingan saya yang ini. Pada tanggal 16 Maret kemarin di Roma, beberapa hari menjelang perayaan United Nations (UN) World Happiness Day yang jatuh pada tanggal 20 Maret, UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN) kembali meluncurkan The World Happiness Report untuk tahun 2016. Report-nya sendiri berisi peringkat negara-negara di dunia berdasarkan tingkat kebahagiaan di negara tersebut. Juga didalamnya terdapat beberapa tulisan dari para pakar, data dan analisa terkait dengan happiness.

Laporan ini bukan yang pertama kali dibuat. Di tahun-tahun sebelumnya The World Happiness Report juga pernah di-publish (tiga kali, tahun ini adalah yang keempat). Peringkat kebahagiaan negara-negara ini didasarkan pada survey yang diselenggarakan di 157 negara selama 3 tahun (2013-2015) dengan enam variabel utama: Pendapatan perkapita dari negara tersebut (GDP), healthy life expectancy, dukungan sosial (terutama terkait dengan adanya seseorang yang bisa diandalkan), kebebasan untuk memilih dalam hidup, tingkat kepercayaan (corruption free di pemerintahan dan dunia bisnis), dan tingkat kedermawanan (generousity). Dalam laporan tahun ini para researchers juga melihat dari sisi lain dalam menentukan tingkatan kebahagiaan ini. Mereka tidak hanya melihat dari bagaimana orang-orang tersebut bahagia, tapi juga bagaimana kebahagiaan tersebut terdistribusi secara merata (atau tidak) di seluruh individu (di negara tersebut). Dengan kata lain, mereka juga melihat bagaimana ketidakmerataan (kebahagiaan) mempengaruhi tingkat kesejahteraan di tingkat nasional.

Para peneliti menyimpulkan bahwa negara-negara yang tingkat kebahagiaannya berada di peringkat atas memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih merata hampir di seluruh penduduknya. Mereka juga menyimpulkan bahwa seseorang lebih bahagia apabila berada di dalam masyarakat yang memiliki tingkat kebahagiaan lebih merata.

Survey kebahagiaan ini dilaksanakan dengan menggunakan sistem Cantril Ladder.

“Please imagine a ladder, with steps numbered from 0 at the bottom to 10 at the top. The top of the ladder represents the best possible life for you and the bottom of the ladder represents the worst possible life for you. On which step of the ladder would you say you personally feel you stand at this time?”
*the Cantril ladder question, text derived from World Happiness Report 2016 – Volume I.

Dibilang penting banget juga ngga si, tapi sebenernya report ini lumayan berguna buat pemerintah, organisasi, komunitas atau pihak lain untuk mengambil kebijakan yang bisa meningkatkan kebahagiaan warganya atau kebijakan yang bisa mendukung kehidupan yang lebih baik (ideal banget ya hehe).

Untuk tahun 2016 ini Denmark kembali menempati peringkat teratas dari 157 Negara. Kembali karena di tahun 2013 dan 2014 Denmark juga berada di peringkat pertama dari negara-negara dengan tingkat “kebahagiaan” tertinggi. Di tahun 2015 Swiss adalah negara yang berada di peringkat teratas, sementara Denmark menduduki peringkat ke-3.

Bagaimana dengan Belanda? Cukup lumayan lah hehe, masih masuk sepuluh besar (peringkat ke-7), sementara Amerika Serikat (AS) berada di peringkat ke-13, Inggris di peringkat ke-23 dan Perancis di peringkat ke-32.

Ada satu komen yang cukup menarik yang saya baca di salah satu artikel terkait dengan peringkat kebahagiaan ini di Reuters. Profesor Jeffrey Sachs (Head of SDSN dan penasehat khusus Sekjen PBB) yang merupakan warga AS menyebutkan bahwa walaupun tingkat kekayaan AS jauh meningkat selama 50 tahun terakhir, namun hal ini tidak membuat (masyarakatnya) menjadi lebih bahagia. Beliau berpendapat bahwa masyarakat yang hanya mengejar uang (seperti yang terjadi di AS) telah melakukan suatu kesalahan. tingkat sosial dan kepercayaan termasuk dengan pemerintah menjadi semakin berkurang.

Indonesia sendiri berada di peringkat ke-79. It’s not that bad lah ya kalo dilihat dari 156 negara (we are quite in the middle). Tapi kalo saya lihat peringkat Singapura yang berada di peringkat 22, Thailand di peringkat 33, dan Malaysia di peringkat 47, saya jadi agak syedih karna kita lumayan jauh dari mereka. Untungnya tingkat kebahagiaan kita masih diatas Filipina, Laos, Vietnam, Myanmar, bahkan Portugal. Yang lumayan nolong peringkat Indonesia dari enam variabel yang disurvey adalah tingkat kedermawanan kita yang cukup besar.

Sementara, tiga negara dengan peringkat kebahagiaan paling buruk adalah Togo, Suriah dan Burundi. Burundi yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia (dengan tingkat GDP yang rendah), dengan tingkat korupsi yang tinggi, kurangnya akses pendidikan dan kesehatan (banyak warganya yang terjangkit AIDS dan HIV), serta akibat dari perang saudara (civil wars) yang terus berkecamuk di negara ini unfortunately menjadikan negara ini (dengan warga) yang paling kurang bahagia di dunia. Mungkin dulu Suriah termasuk salah satu negara dengan tingkat kebahagiaan yang cukup tinggi, tapi sekarang karena kondisi di dalam negara nya yang saat ini lagi sangat ga kondusif para masyarakatnya menjadi less happy 😦

Untuk list lengkapnya bisa dilihat berikut.

ranking of happines1-1ranking of happines2-1ranking of happines3-1

Trus sebenarnya apa yang bikin Denmark the happiest country in the world? Boleh kan yaa kita mimpi, kali aja bisa belajar dari Denmark dan ke depannya Indonesia akan lebih banyak diisi oleh orang-orang bahagia dibanding sekarang dan bisa menduduki at least 10 besar di list negara paling bahagia 🙂

Mengutip dari website resminya Visit Denmark, ada beberapa hal yang (mungkin) menjadikan Denmark sebagai negara paling bahagia di dunia.

Danish work-life balance
Di Denmark jam kerja normal per minggu adalah 37 jam dan para pekerja di Denmark mendapatkan (setidaknya) 5 minggu waktu libur setiap tahunnya (coba bandingin dengan jatah cuti normal (PNS) di Indonesia yang cuma 12 hari per tahun! dohhh).

Dengan banyaknya “waktu bebas” yang dimiliki para penduduknya, makin gampang juga buat mereka untuk lebih menikmati hidup. Bahkan dibilang kalo leisure time merupakan bagian penting dari kebudayaan para penduduk Denmark. Pulang kerja tepat waktu, bersepeda atau menggunakan transportasi umum, jemput anak dan makan bareng keluarga adalah bentuk kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga di Denmark.

Leisure time and the Danish art of ‘hygge’
Masyarakat Denmark senang menghabiskan waktunya bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman. Istilah “hygge” berarti nyaman, atau cozy, menggambarkan kalo orang Denmark senang berkumpul dalam lingkup yang nyaman dan intim, alias ga formal. “Hygge” di musim semi dan musim panas (atau musim lain selama matahari bersinar) biasanya lebih kepada kumpul-kumpul di taman, pantai, atau cafe-cafe. Intinya kumpul-kumpul santai lah ya hehe. Bandingin sama masyarakat Indonesia sekarang-sekarang ini yang (walau ga semuanya, tapi menurut saya sebagian besar) kalo mau kumpul harus hits lah dandanannya, pokonya ga mau kalah sama temen lainnya.

Ekspektasi yang “tidak berlebihan”
Nah poin yang ini menurut saya cukup menarik. Penulis di situs menyamakan kehidupan masyarakat Denmark dengan kehidupan para Hobbit di Lord of the Ring hehe. Mereka tidak terlalu ambisius dan tidak suka menyombongkan diri. Bisa jadi hal ini dilatarbelakangi dari the Janteloven (Jante-law) yang pada intinya menyebutkan kalo kamu tidaklah lebih baik dari yang lain (you’re no better than anybody else). Ga ada seorangpun yang akan men-judge kita atas pilihan hidup, karir atau kurangnya ambisi kita buat itu. Kalo kita bahagia dengan apa yang kita lakukan, maka nikmatilah. Kira-kira begitulah intinya 🙂

Dengan ekspektasi yang tidak terlalu besar, tentu lebih gampang buat para warga Denmark untuk mencapai kebahagiaan. “Simplicity” dan “small” merupakan kata kunci mereka. Mereka benar-benar menikmati hal-hal sederhana dan juga hidup yang simpel (bisa kita lihat dari desain khas Denmark dan dekorasi rumahnya yang simpel).

Sistem Kesejahteraan di Denmark
Denmark dianggap sebagai salah satu negara yang paling egaliter di dunia, dimana baik pria maupun wanita di sana (kebanyakan) sama-sama memiliki karir. Pajak di Denmark termasuk tinggi, tapi masyarakat memperoleh fasilitas kesehatan gratis dari pemerintah (akses bebas ke rumah sakit dan juga biaya operasi). Sekolah-sekolah dan universitas juga gratis, bahkan para mahasiswa juga mendapatkan “uang saku” bulanan. Banyak skema yang membantu para pengangguran untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan para penggangguran juga diberikan insentif (atau bantuan lain). Pengeluaran pemerintah Denmark yang ditujukan untuk anak-anak dan para manula juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lain di dunia. Jadi bisa dikatakan kalo sistem kesejahteraan di Denmark memberikan rasa aman bagi masyarakat(nya) sehingga mereka lebih tenang dan percaya bahwa walaupun mereka sakit atau ga punya pekerjaan pun, sistem yang ada akan mendukung mereka.

(Tingkat) Kepercayaan dan Keamanan
Kepercayaan juga merupakan salah satu faktor dari deskripsi orang Denmark atas kebahagiaan. Kepercayaan pada pemerintah, tempat kerja, TK dan sekolah yang (akan) “mengurus” anak-anak mereka, percaya kalo mereka aman dengan tingkat kriminal dan korupsi yang rendah, kepolisian yang dapat diandalkan dan juga lingkungan yang ramah. Para orang tua (khususnya ibu) bisa meninggalkan bayinya di stroller di luar cafe tanpa rasa khawatir, dan orang mungkin saja meninggalkan rumahnya tidak terkunci.

 

Beberapa poin di atas in a way juga saya rasakan di Belanda. Hanya saja dari sisi tingkatannya memang sedikit di bawah Denmark. Jadi wajar kalo Belanda tidak berada di peringkat teratas walau masih masuk di sepuluh besar.

Di Belanda banyak orang-orang yang lebih memilih bersepeda, berkendara umum atau jalan kaki daripada naik mobil sendiri. Setau saya, para istri yang tidak bekerja juga berhak atas tunjangan tiap bulannya (besarannya  kalo ga salah sekitar 250 Euro). Anak-anak juga memperoleh tunjangan yang diberikan kepada orang tuanya sampai umur tertentu (dalam setahun dibagi menjadi beberapa termin), biaya pokok sekolah juga gratis (atau student loan ya? ada yang bisa share info tentang ini?) sampai tingkat universitas (dalam prakteknya orang tua masih perlu membayar beberapa keperluan untuk anak lainnya, walau tidak banyak).

Dari tingkat keamanan, Belanda masih termasuk negara dengan tingkat keamanan yang lumayan. Mungkin sedikit lebih tinggi di kota besar seperti Amsterdam, tapi kita bisa lihat dari banyaknya penjara yang kekurangan penghuni sampai harus ditutup atau menyewakannya untuk menampung narapidana dari negara lain 😀

Agak sedikit dibawah dari sistem di Denmark, dengan sistem wajib asuransi bagi para warganya, tergantung dari skema asuransi yang dipilih, masyarakat Belanda bisa mengakses rumah sakit secara gratis (well, ga gratis juga karna kita tetep harus bayar premi ya hehe). Terkait dengan asuransi – khususnya untuk kesehatan, kita bisa memilih sampai sejauh mana coverage yang kita inginkan. Di lain waktu Insyaa Allah saya akan coba sharing khususnya untuk sistem asuransi dan kesehatan di Belanda ya 🙂

Oh ya, saya juga nemu di situsnya Elle.uk yang membahas secara ringan kenapa Denmark adalah negara paling bahagia di dunia. Beberapa memang serius, tapi ada juga yang seru-seruan kaya orang-orang Denmark itu cakep-cakep, mereka sangat well-dressed, di sana ada yang namanya “open sandwich” – what they call as Smørrebrød, atau desain interior mereka keren-keren.

 

Terkait dengan International day of Happiness tahun ini, saya nemu satu poster yang menarik. Kayanya poster ini terinspirasi dari banyaknya makanan yang terbuang sia-sia, sementara di sisi lain masih banyak yang kelaparan. Anyway, saya akhiri postingan kali ini dengan poster tersebut ya, and may you have a happy day (everyday) kawan 🙂

cdtdalbvaaayiia

26 thoughts on “The Happiest Countries in the World

  1. LOL believe it, most of them are bullshit, but the one thing that is correct that they don’t expect much in life, then easier to be satisfied. The term “happiness” is misleading, it should be “satisfaction of life”

    Liked by 1 person

  2. asikk bisa nanya-nanya sama yang live the life di sana nih hihi 🙂

    Survey ini emang lemah mba wkwk, kalo menurut aku happiness or satisfaction of life both are quite subjective. You cannot expect people in one country are all happy or satisfied (or less happy), and I guess they also didn’t take into account the immigrants who had been living there for long time as the source of their survey hehe.
    Di sini beberapa teman juga banyak yang ngeluh tentang sistem yang ada (termasuk yang terkait dengan masalah “racism” di beberapa bidang pekerjaan – which unfortunately ga termasuk dalam variabel yang disurvey ).

    Tapi aku penasaran deh mba, healthcare and education system di sana gimana si sebenernya? beneran gratis ato pake sistem asuransi kaya di belanda sini? Trus kaya pengangguran beneran dikasi tunjangan? *banyakpengentau:p

    Like

    1. In many ways, it does work, tapi tentu banyak kekurangannya dan sisi negatif yang tidak ditulis dalam koran2 berbahasa Inggris sehingga dunia luar tidak tahu. Itu saja sih imho.

      Healthcare ke dokter gratis tis, tapi kalau ke dokter spesialis harus dokter umum yang kasih reference, obat ada disubsidi. Tapi lagi2 ini semua ke RS umum yang antriannya panjang dan kualitasnya ya gitu deh, makanya banyak orang yang ambil asuransi pribadi supaya bisa ke RS private.

      Untuk education memang benar mahasiswa dapat uang saku sejumlah sekitar 5500 DKK (silahkan di convert sendiri ke EUR) tapi biaya hidup disini sangatlah mahal, jadi duit segitu paling cuman bisa cover rent kamar kos saja, jadi kebanyakan mereka memang harus kerja sambilan.

      Disini pajak penghasilan sangatlah tinggi. Aku bayar pajak 48% dari gaji per bulan, dan ada yang bayar sampai lewat 50%. Mereka yang nggak kerja / kena pecat rata2 punya asuransi unemployment dan dapat duit dari situ sampai 2 tahun, setelah mereka lepas dari asuransi ini, biasanya dapat “kontanthjælp” yaitu tunjangan dari pemerintah yang jumlahnya sekitar kalau nggak salah 10,000 DKK per bulan, tergantung kondisi hidup (anak etc).

      Soal pajak, itu give and take lah ya, aku sih rela membayar pajak kalau memang demi nya untuk hal2 yang baik, tapi kenyataannya Rumah Sakit banyak yang terbengkalai, kualitasnya menurun, dulu asuransi unemployment ini sampai 4 tahun sekarang dipotong 2 tahun. Uang unemployment kontanthjælp dari pemerintah pun makin dipotong etc, bayar pajaknya sama kok benefitnya makin kecil. Tanya kenapa? Karena anggarannya banyak dipake untuk beli pesawat tempur dan barang2 ga jelas 😛

      Sori jadi curcol, maaf bekas wartawan, kalau bahas isu bisa merembet kemana2. Intinya sih nowhere is perfect, take everything (you read) with a grain of salt 😛

      Liked by 1 person

      1. Thanks for sharing ya mba, it gives somewhat insight (for me at least) dan biar yang lain yang tidak tinggal di Denmark juga tau kalo even in Denmark yang katanya negara paling bahagia itu ga semuanya rainbows and butterflies :p

        ps. baru tau kalo mba Eva dulunya wartawan 😀

        Like

      1. Iya Mbak.:D
        Baru tadi siang aku nyuruh temen ku abisin makanannya karena aku ngeliat gelagat dia udah ga bakal abis makannya. Barusan dia ngomel-ngomel lagi bilang kalo sampe sekarang masih berasa kenyang, terus aku bilang bagus dong awet makanannya.hahahaha

        Liked by 1 person

  3. Di Belanda sekolah gratis dari TK sampe sekolah menengah, SMA. Setelah itu student bisa pinjam uang ke negara dari umur 18 – 27 tahun kalo ngga salah. Mereka juga dapet transport gratis dari pemerintah.

    Hygge itu sama seperti Belanda juga sih, balance work – freetime. Kontrak kerja full time disini 36 jam/minggu, liburan juga 25 hari per tahun belum lagi plus ADV. Terus dapet uang liburan tiap akhir Mei.

    Liked by 1 person

    1. Thanks buat infonya mbak Yo 🙂
      Aku inget pas kuliah kemarin ada beberapa temen yang orang belanda karna itu master keduanya (sebelumnya mereka udah s2 – mereka bilang gratis seinget aku) mereka jadi harus bayar (dengan jumlah yang ga seberapa dibanding mahasiswa internasionalnya grrr).

      Btw itu yang uang liburan enak banget ya mbak Yo, suami kan ga kerja kantoran jadi ga tau ada uang liburan di sini😂

      Like

    2. 36 jam / seminggu? Wah kurang 1 jam dari sini dong hehehe, disini 37 tapi nggak termasuk lunch hour. Di Norway 40 tapi termasuk lunch hour ( paid lunch hour).

      Disini juga ada uang liburan, jumlahnya nggak seberapa sih, tapi lumayanlah, yang penting 6 minggu paid vacation juga. Nggak ngerti itu di Indonesia 12 hari udah gitu mintanya pake takut2 ke bos.

      Like

      1. Wait a minute, jadi uang liburan itu gaji ke 13 atau bukan? Disini soalnya ada paid vacation 100% (jadi kalau libur 1 bulan ya gajinya full) sama uang liburan juga, kira2 10-15% (belum cek) dari gaji alias tambahan diatas gaji 12 x setahun.

        Iya jam kerjanya lebih dikit 1 jam perminggu di Belanda kalau gitu 😛

        Like

      2. Gaji ke 13 ada lagi 😀 Jadi kalo dihitung ya per tahun gajian 14 kali. Uang liburan dapetnya akhir Mei, gaji ke 13 akhir tahun. Dulu waktu kerja di corporate kadang masih dapet bonus akhir Januari. Those good old times 😉

        Like

      3. Dulu waktu kerja kantoran, emang rada susah minta cutinya. Either pas lagi banyak kerjaan atau ada aja alasan nya. Bahkan 12 hari itu ga bisa diambil barengan. Well, at least 5 hari, jadi total seminggu kan? Ga bole juga haha..

        Like

      4. I feel you ly, beberapa tahun lalu pas masih aktif (aku pns lagi cuti luar tanggungan), walo orang bilang pns gampang bolosnya buat aku ngga berlaku 😥
        Btw sekarang di NZ kerja juga ga ly? ayooo di share juga di sini gimana kehidupan di sana 🙂

        Like

  4. abis baca artikelnya, kemudian menyimak komen yang sama serunya dari yang pada tinggal di LN :)) sambil menyelam minum air. *baek2 kelelep* seru banget ada uang liburan segala :’)

    Like

    1. iyaaa Tash, aku juga ngiler baca komennya Mbak Yo n Mbak Eva, jadi pengen cepet-cepet nyari kerja di sini *beresinCV* (macam gampang aje dapetnya wkwkwk)
      *kemudianingetyangdiperut-_-*

      Like

  5. AKu disini cuma jalan2 aja, didoain semoga bisa pindah, lagi2 lihat2 keadaan sih, tapi basically disini seru sioh, aku kebayang banget kalau pindah, pengen banget kerja disalah satu winery, kalau bisa tetap work as wedding organizer sih, hehe..

    Like

    1. goodluck ly! jalan-jalan sambil cari inspirasi itu enak yahh, apalagi kalo ga ada masalah dengan budget :p mudah-mudahan apa yang Inly pengen kesampaian yaaa 🙂

      Like

Leave a comment