life · personal

Akhirnya Resign Juga.

“Even if you know what’s coming, you’re never prepared for how it feels.”
– Natalie Standiford
.

Per tanggal 22 September 2017 kemarin, masa cuti diluar tanggungan negara yang saya ambil sejak September 2014 lalu sudah habis masa berlakunya. Beberapa bulan sebelumnya ada kolega yang menghubungi saya menanyakan kelanjutan cuti saya, apakah mau diperpanjang satu tahun lagi (di Undang-undang Aparatur Sipil Negara yang baru ada kemungkinan untuk PNS yang sudah mengajukan masa cuti di luar tanggungan negara selama tiga tahun untuk memperpanjang masa cutinya selama satu tahun lagi) atau mengundurkan diri ato resign. Setelah konsultasi dengan suami dan juga ngobrol sama beberapa kolega, akhirnya saya putuskan untuk mengajukan surat pengunduran diri aja alias resign. Dulu kenapa saya ga langsung resign salah satu alasannya adalah supaya masa transisi dan proses pengunduran diri saya bisa lebih lancar. Selain itu saya juga sempet mikir kali aja saya bisa dipindahtugaskan di KBRI di sini di tengah masa cuti saya (wakaka ngarep amit ya).

Sedih sebenernya, karna saya udah kerja di sana hampir 10 tahun lamanya. Selain itu agak berat buat ninggalin temen-temen yang beberapa dari mereka buat saya udah kaya keluarga sendiri. Sewaktu saya mengajukan cuti di luar tanggungan negara, tim kerja saya waktu itu adalah salah satu yang paling kompak dan solid buat diajak kerja sama (sepanjang saya bekerja di sana). Padahal kami cuma bertiga, tapi ngurusin kerjaan yang udah kaya apaan tau alhamdulillah bisa diselesaikan semua. Selama 9 tahun 10 bulan “mengabdi” untuk negara, banyak kenangan suka dan duka yang saya dapet selama bekerja di Kementerian (Alhamdulillah lebih banyak sukanya hehe). Banyak juga yang mandang PNS dengan sebelah mata. Mereka pukul rata kalo PNS itu pasti identik dengan males, KKN, ga bisa kerja, dll yang jelek-jelek. PNS sendiri kebanyakan dianggap sebagai masyarakat kelas dua, ga keren, dan bukan pekerjaan populis di jaman saya (kecuali di kementerian-kementerian yang seksi kaya kemenkeu ato kemenlu ya). But that’s ok for me. Prinsip saya, baik buruknya seseorang sebenernya bukan tergantung pada tempat atau kerjaan apa yang kita punya. As long as you try to do your best, kerja gak setengah-setengah dan berpikir optimis dan positif, there’s always possibilities to change other people’s mind. FYI, saya jadi PNS tanpa bantuan dari siapapun (kecuali dari Allah dan doa orang tua) dan juga tanpa paksaan dari orang tua (walau almarhum bapak saya adalah PNS di kementerian lain).

Walau banyak yang memandang rendah PNS, tapi banyak juga yang bilang jadi PNS enak, karna kerjaan sedikit tapi duit tetep ngalir. Sayangnya pada kenyataannya ga kaya gitu. Lagian dikata kementerian punya kita ya. Saya masih inget, dulu di awal-awal tahun saya bekerja, gaji yang saya terima kecil banget. Boro-boro nutup ongkos, tiap akhir bulan saya (hampir pasti) minta ke bapak saya suntikan dana wkwkwk. Tapi bersyukur sampai terakhir saya kerja, walau dengan pemasukan yang gak seberapa (dibanding gaji temen-temen saya yang jadi lawyer, in house legal ato apalah lainnya yang lebih elit) alhamdulillah saya ga pernah yang namanya kekurangan. Saya-nya juga ga cupu-cupu amat dan ga ngerasa rendah diri walo sekeliling saya udah pada nerima gaji dua digit di depan nol yang berderet. Bersyukur juga mereka ga pernah under estimate saya dan ga memandang saya dengan sebelah mata.

Salah satu nilai plus dari jadi PNS itu adalah adanya kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan kuliah di luar negeri (selain dosen yang juga punya banyak peluang untuk ikut studi lanjutan). Alhamdulillah juga di masa kerja ini saya bisa melanjutkan kuliah di Belanda dengan beasiswa. Ini juga yang menjadi salah satu penyemangat dan pertimbangan kenapa saya mau jadi PNS dulu. Ada satu hal lagi yang juga bisa dihitung sebagai nilai plus (walau ini jatuhnya si untung-untungan, tergantung di mana kita ditempatkan) yaitu terbukanya kesempatan untuk menginjakkan kaki ke tempat-tempat yang gak kita bayangin deh. Kalo diitung, lagi-lagi saya termasuk yang cukup beruntung. Selama kerja di sana saya sempet dikirim ke beberapa negara juga ke beberapa kota di Indonesia. Yang paling berkesan? Banyakkk. Setiap kota ada kenangannya. Mungkin kalo disuruh milih salah satu kota yang saya kunjungi yang paling berkesan buat saya adalah waktu dinas ke Tana Toraja. Selain indah, saya ketemu dengan orang-orang baik di sana. Teman seperjalanan saya pun menyenangkan dan makanan yang kami santap sepanjang perjalanan dinas waktu itu (hampir) enak semua! Padahal kami harus menempuh perjalanan darat selama 8 jam dari Makassar dan ga semua ruas jalannya mulus, tapi alhamdulillah saya tetap bisa menikmati.

Gunung Nona – Enrekang, Sulawesi Selatan. Di depan: ibu Kasubdit, di belakang: bapak Direktur, di tengah: setap wkwkwk

Satu lagi yang juga cukup berkesan adalah sewaktu saya beserta dua orang temen saya diutus untuk mewakili Dirjen ke pertemuan yang mengangkat tema traditional knowledge and folklore di Bangkok. Di salah satu sesi talkshow, salah seorang narasumbernya yang merupakan owner perusahaan tas terkenal di Thailand memberikan hadiah kejutan buat mereka yang mengajukan pertanyaan, yang kebetulan saya salah satunya. Jadi begitu saya kembali di hotel, hadiah yang berupa tas sudah menanti saya di lobby (cantik banget – jadi salah satu tas favorit saya waktu itu, sayang sekarang udah ga ada hiks).

Ini foto saya beserta tas gratisannya pas lagi main ke bekse bergen tahun 2011😊 Mereknya NaRaYa, bisa dicek website resminya di http://www.naraya.com

Walo banyak enaknya ga berarti saya ga ngerasain yang ga enaknya juga loh ya. Bukan dari eksternal aja, justru tantangan lebih banyak dateng dari dalam. Saya harus bisa ngerjain segala macem alias multitasking dan bisa belajar sendiri (beruntung kalo pas kebetulan dapet atasan yang rajin dan bisa ngajarin kita, kalo ga ya wassalam deh). Walopun saya sarjana hukum, kerjaan saya waktu itu selain biasanya ikut drafting perjanjian tapi juga termasuk nerjemahin naskah, bikin rencana anggaran/budgeting, ikutan negosiasi, ngurusin kampanye, jadi juru sorot, tukang ketik naskah sampe jadi kaya event organizer dan lain-lain😂. Hikmahnya, saya jadi punya skill sedikit lebih banyak dari sebelumnya dan kenal orang lebih banyak sih.

Bareng temen-temen pas acara dharma wanita 😀
Bersama sesama peserta training di Durban – Afsel, satu dari Ukraina satunya lagi dari Uganda.

Kalo urusan sirik ato rekan kerja males, tukang gosip, ato penjilat mungkin ga cuma di lingkungan PNS aja tapi di perusahaan swasta ato lingkungan kerja manapun pasti ada ya (buat yang ngga punya, bersyukurlah kalian), jadi buat ini si saya maklum. Banyak juga yang kadang pengen dilihat atasan sampe kerjaan orang lain diaku-aku wkwk. Anyway, selain karna saya termasuk yang ga gitu peduli dengan omongan orang (iya, bahkan sampe baju yang saya pake pun sempet diomongin), biar gimana juga lingkungan birokrasi di Indonesia masih kental dengan yang namanya perbedaan gender dan senioritas. Saya pun sempet merasakan ini. Sempet beberapa kali masuk bursa promosi, beberapa kali itu pula saya tersingkir karna saya dianggap masih muda, belum menikah dan bukan kepala keluarga. Sekalinya kesempatan kembali dateng dan hampir pasti di tangan, eh sayanya harus cuti luar tanggungan beremigrasi buat ikut suami dan kemudian mengundurkan diri dengan teratur.

Yah inilah namanya qadar dari Allah. Kita cuma bisa berharap, berencana, tapi semua jalannya kembali kepada Allah yang menentukan. Saya bersyukur yang Allah kasih sebagai gantinya (dari pekerjaan saya kemarin) jauh lebih banyak dan berlimpah. Memang hidup kita di depan ga ada yang tau ya. Bisa jadi setelah saya bener-bener lepas dari pekerjaan kemarin, pintu lain akan terbuka lebar dan pekerjaan baru bisa segera nempel ke saya (Aamiin yang kenceng !)

17 thoughts on “Akhirnya Resign Juga.

    1. Halo Nitaa, salam kenal & Maaci udah follow blog cemennya aku ya😂

      Aamiin, makasi juga buat ucapannya, dulu almarhum bapakku juga sibuk (setelah pensiun pun beliau masih dikaryakan). Semua tergantung pribadi masing-masing kali ya, ga ngaruh PNS ato pegawai berstatus apapun hihi.

      Like

  1. 2 tahun lalu sy ambil keputusan yang kata teman adalah keputusan berani karena resign di posisi bagus sebuah perusahaan multinasional. Alhamdulillah sampai sekarang semua baik2 saja tidak se-serem yang dibayangkan.
    btw tulisan natural seperti ini adalah modal utama dlm bisnis online, tidak ada salahnya mencoba mba .. silahkan kunjung ke blog saya manatau ada inspirasi bisnis yang bisa dijalankan sambil ngeblog 🙂
    salam

    Like

      1. absolutely yes! Mindset Positif akan terbentuk dengan sendirinya kalau sudah terbiasa menjalani. di tim bisnis saya rata-rata ibu rumah tangga, mereka memang belum sukses tapi mindsetnya sudah positif jadi bisnisnya lancar jaya 🙂

        Like

  2. Ka ketika akan resign setelah cltn cara mengajukannya gimana? Bikin surat resign kah atau hanya lapor saja pada instansi terkait?

    Like

    1. saya waktu itu bikin surat mbak Yenni, ditujukan ke Dirjen.
      Sebenernya kalo kita ga lapor lagi setelah selesai masa CTLN-nya otomatis kita diberhentikan dengan hormat si, tapi menurut saya lebih etis klo kita kirim surat ke Instansi 🙂

      Like

Leave a comment