food · holiday · indonesia · personal · travel

Mudik Lebaran 2018: Bogor.

Hampir setiap tahun kalo saya ke Indonesia selalu saya sempatkan untuk berkunjung (dan menginap) di Bogor. Selain kakak saya yang kebetulan tinggal di sana, ada salah satu sahabat saya yang sejak lahir tinggal di sana, Erina. Kami pertama kali kenal di kampus ketika sama-sama mengambil program kekhususan yang sama. Selain dengan dia, ada tiga cewek lagi yang dekat dengan kami. Trus karena latar belakang kami yang berbeda-beda (setengah Jepang-Batak, Cina Bangka, NTT-Jawa dengan orang tua beda agama, Padang-Gorontalo, dan saya sendiri Aceh-Sunda) kami suka nyebut persahabatan kami dengan sebutan benetton sistas hahaha. Kalo dihitung dalam tahun, persahabatan kami alhamdulillah sudah berjalan hampir 20 tahun. Sekarang salah satu dari kami menetap di California, sementara saya sendiri udah pindah juga, satu di Bogor dan dua di Jakarta. Walo makin susah untuk ketemu, saya masih bersyukur karna kami masih saling kontak dan ketemu setiap ada kesempatan untuk berkumpul. Cuma sedihnya saya masih belum ketemu waktu mudik yang bareng dengan yang di California nih hiks, mudah-mudahan di tahun mendatang kami semua bisa kumpul bareng lengkap lagi (kumplit dengan krucils dan pasangan) aamiin.

Tahun lalu kami sempat kumpul bareng di Pesona Alam Resort yang berlokasi di Puncak (recommended btw), sementara tahun ini kami menginap satu malam di rumah Erina dan suami, dan satu malam menginap di hotel deket rumah dia (pake voucher member, on weekdays pula wkwk, ngirit!).

Sayang hari pertama di Bogor agak meleset dari rencana. Karena berganti jadwal ketemu dengan geng kuliah lainnya (seharusnya hari lain, tapi karna satu dan lain hal akhirnya bergeser ke hari yang sama dengan rencana ke Bogor) plus cuaca dan kondisi jalanan yang diluar dugaan, saya dan di kecil sampe di rumah Erina pas malam hari. Semula kami berencana untuk makan malam di cafe yang ada di komplek perumahan (Lotus namanya kalo ga salah), tapi karna badan saya mulai berasa greges-greges akhirnya kami pesan makanan dari sana untuk dikirim ke rumah. Berhubung udah ga semangat untuk makan, saya pun akhirnya cuma pesen mango salad aja. Teman saya pesen nasi kastrol (nasi liwet yang dimasak di panci kastrol – sebel ga sempet nyobain) beserta lauk pauknya dan pasta untuk Erina dan anaknya. Selain itu kami juga pesan martabak blackforest isi keju dari martabak pecenongan (cabang Bogor πŸ˜‚). Sayang karna masih masa lebaran si tukang martabak cuma jual yang manis aja karna pegawainya takut kewalahan, dan yang bikin kurang puas adalah martabak manisnya ga pake wijsman huhu. Walau tetep enak tapi rasanya ga seenak yang pertama kali saya cicipin tahun lalu jadinya.

Nasi kastrol (foto courtesy of Erina).

Besok paginya kami pergi ke Kebun Raya Bogor, ceritanya sekalian olahraga (halah). Tuan rumah udah menyiapkan sarapan buat kita untuk dibawa dan makan bareng di sana (piknik ceritanya 😁). Ada lontong sayur, nasi uduk, roti, sampe jambu air Semarang pun siap untuk disantap. Cuma sayang karna sedikit gerimis (dan juga dari sisa hujan malamnya) kami ga bisa gelar tikar di rumput. Untung aja ada pondokan yang bisa jadi markas kita.

Menu sarapan di Kebun Raya Bogor. Rame! 😁 (foto courtesy of Erina).

Selesai sarapan, karna ada yang perlu dibeli kamipun mampir ke Botani Square. Di sana sempet nyicipin minuman avocado blended dengan topping nangka dan kelapa muda (my fave!). Setelah itu kami pergi ke restoran Kluwih untuk makan siang di sana. Restoran yang lumayan lagi hits ini menyajikan masakan tradisional sunda dengan konsep “cucurak” atau “ngaliwet” (ga tau mana yang bener istilahnya, maaf ya saya sunda boongan hahaha) alias makan dengan alas daun pisang, dengan segala lauk pauk ditaro ditengah dan dimakan bareng-bareng. Kalo dari segi rasa masakannya lumayan enak, walo menurut saya masakan di rumah makan warung ngariung (restoran sunda langganan kami tiap kali ke Bogor) jauh lebih enak daripada di sini. Anyway, dari segi suasana dan interior yang kalo kata orang sana “instagrammable” mereka dapet lah, makanya restoran ini lumayan ramai pengunjung. Saya juga ga nolak kok kalo diajak ke sana lagi hihi.

Menu makan siang kami di Kluwih
Karedok.
Minumnya cukup teh tawar. Nikmat!

Setelah beres makan siang, kami pun pergi ke hotel untuk check in. Walopun udah agak sore, rombongan anak-anak tetep maksa buat berenang (termasuk anak saya!). Akhirnya mau ga mau saya juga ikutan nyemplung ke air (karna si kecil ga mau dipegang sama yang lain huhuu). Sempet ga mau diajak keluar dari air, akhirnya dengan sedikit bujuk rayu akhirnya saya sukses mengajak si kecil untuk kembali ke kamar (dan mandi). Setelah mandi kami beristirahat sebentar di kamar, lalu keluar untuk cari makan malam. Awalnya kami berencana buat makan di restoran yang ada di hotel, tapi berhubung salah satu keluarga udah kekenyangan dan masih jetlag (mereka baru pulang mudik dari Gorontalo sehari sebelumnya) akhirnya kami putusin buat cari tempat makan lainnya. Pilihan pun jatuh ke masakan India. Out of the blue si ini sebenernya, cuma karna pas lewat di deketnya pas temen saya bilang masakan India di tempat makan itu enak, kami pun akhirnya menepi dan makan di sana. Walo ga seenak restoran India di Hamburg (masih paling pas buat lidah saya), tapi rasa masakan india di rumah makan ini lumayan lah. Dari segi bumbu cukup ringan menurut saya (kecuali kambingnya yang bau kambing banget wkwkwk – saya bukan pecinta kambing makanya sensitif jadinya).

Untuk sarapan keesokan harinya kami pilih untuk makan di restoran hotel aja. Selain banyak pilihan, juga dari segi kepraktisan. Buat saya hotel ini termasuk salah satu yang menyediakan menu sarapan bervariatif dan enak. Sewaktu kami sarapan di sana kebetulan salah satu menu spesialnya adalah mie ayam dong. Pagi-pagi disuguhin mie ayam, berat sis! πŸ˜‚

Selesai sarapan anak-anak liat-liat kelinci dan (beserta para bapak) main bola, setelah itu kami pun check out dari hotel dan lanjut makan siang.

Kali ini kami makan siang di Shabu Hachi. Ini restoran shabu-shabu dan yakiniku dengan konsep all you can eat dan masak sendiri. Walopun salah satu dari kami tidak makan binatang berkaki empat dan harga per pax-nya lumayan mahal, tapi restoran ini termasuk salah satu favorit kami. Selain dari segi rasa yang enak, mereka juga nyediain makanan tradisional sebagai menu pelengkap seperti rujak dan bubur kacang hijau beserta ketan hitam (enak banget menurut saya).

Shabu Hachi Bogor.

Selesai makan siang saya pun kemudian pesen taksi online dan kembali ke rumah mama dengan perut kenyang hahaha.

4 thoughts on “Mudik Lebaran 2018: Bogor.

  1. wahhhh
    pengen banget nginep di Pesona Alam
    tapi harganya mahallll
    kudu nabung dulu setahun baru bisa nginep sono
    hihihi
    akhirnya kami nginep di hotel kecil sekitar taman safar deh

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s